21 Apr 2013

tetap belajar

"anak muda boleh saja berpikir segila mungkin, selama mereka tidak berhenti belajar. Mereka yang berkoar anarkis, adalah mereka yang berhenti belajar karena merasa sudah pintar"

kalimat ini dikutip dari pernyataan KH Achmad Musthofa Bisri, atau yang diakrab Gus Mus. Sekilas, aku melihat sosok bersahaja beliau yang banyak hal unik bisa saya pelajari dari sini.

Setelah cukup lelah terjebak dalam keombang-ambingan masa labil remaja, aku mencoba untuk melihat dunia dari perspektif yang lebih luas, dan ya! saya menemukan sosok unik yang 'berkarakter'. Tergugah hati saya menonton tayangan ulang kick andy -padahal sudah lama sekali- tentang sosok Gus Mus ini. Beliau juga orang NU, sahabat Abdurrahman Wahid ketika di Kairo dulu, dan 'berkarakter' dengan (pandangan saya) menjalani hidup sedemikian rupa -santai dalam persepektif beliau. Riwayat hidup yang cukup kacau, diterima di al-azhar kairo secara (beliau sendiri berkata) 'iseng nulis aplikasi dan menjawab beberapa pertanyaan, lalu diterima' -saya juga cukup enggan menerima fakta seperti itu.

Saya melihat banyak pula sosok yang bisa menjalani hidup sedemikian adanya dengan bersahaja, namun tetap sukses pada prinsip yang selama ini mereka anut. Mereka memiliki apa yang disebut orang sebagai 'rendah hati', 'tidak pamer', namun tetap konsisten pada 'hobi' yang digeluti. Pencapaian? ikuti saja kata hati.

Setelah mengalami 'pencerahan wawasan pengetahuan kepenulisan' dari mba Iyas (beliau sudah cukup expert di bidang kepenulisan, atau lebih tepatnya beliau dan suaminya) ini, aku mencoba berpikir ulang mereset paradigma yang selama ini kubangun. Iya, aku sadar ada satu pencapaian yang bagaimanapun tak boleh dilupakan 4 tahun ke depan), namun harus ada yang diimbangi oleh konsistensi tersebut.

Toh, dunia tidak sempit. masih banyak kok yang bisa kita jadikan motivator, tetap dalam konteks untuk memotivasi diri sendiri. Aku belajar banyak dari temanku, Fitri Hasanah Amhar, "may, kita pokoknya HARUS jadi orang hebat", atau Annisa Mutiara Maharani, "inget janji kita ya, untuk ketemu s2 di MIT"

Dan bagaimanapun juga, aku sudah menghitung kegagalanku untuk 2 semester ini (sejauh ini). Kegagalan yang cukup banyak untuk menjadikan ini pengalaman berharga untuk belajar. Tiba-tiba saja teringat mapres UGM, kak Faelasufa, kegagalan 7 kali, keberhasilan 8 kali. Aku bahkan ragu, kegagalnku lebih banyak daripada beliau.

Bagaimanapun, hidup itu tetap harus dijalani dengan tenang. Setenang kita mengetahui hobi kita, dan bergelut di situ. Karena remaja boleh berpikiran hal tergila, aku juga sedang menunggu pengumuman (yang seharusnya malam ini) tapi belum ada respon. -kembali ke konteks- karena boleh berpikiran hal tergila, aku mencoba mencari2 cara dimana saya bisa mencari tahu sendiri eksistensi saya harus diletakkan dimana, juga lingkungan yang saya bangun harus seperti apa, dengan karakter apa adanya -tak perlu memaksa jadi orang yang saya kagumi-.

berpikir segila mungkin, ya... *mulai berpikir yang aneh2
-closing-

Islam