29 Jan 2015

Cerpen : Ayah dan Anak Perempuannya Bila Sedang Berdua.
"Ayah, laki-laki yang baik menurut Ayah itu yang bagaimana?", tanya anak perempuannya, puteri semata wayangnya. Sambil menggandeng tangan puterinya yang tak lagi kecil itu, sang Ayah berhenti.

"Laki-laki yang layak dipilih mungkin adalah yang selalu khawatir tidak layak jadi pilihan", sang Ayah menjawab sambil matanya melihat ke langit luas.

"Mungkin?", selidik puterinya.

"Iya mungkin, karena itu hanya salah satu yang Ayah tahu. Selebihnya ayah tidak tahu, karena Ayah tidak pernah menjadi selain itu?", sang Ayah menatap wajah puterinya.

"Menjadi selain itu? Apa Ayah dulu merasa tidak layak?",tanya puterinya sambil mengajak ayahnya duduk di bangku taman.

"Iya, waktu ibumu memilih ayah. Ayah hampir tidak percaya bahwa akan ada perempuan di dunia ini yang bisa menerima Ayah kala itu", sang Ayah menjawab parau. Sambil mengeluarkan foto dalam dompetnya. Foto ia bersama sang Istri.

Puterinya merangkul bahu ayahnya. Ikut rindu pada ibunya yang telah lebih dulu tiada.
"Kalau perempuan yang baik itu yang gimana yah?", tanya anaknya untuk mengalihkan kesedihan.
"Perempuan yang baik bagi ayah adalah perempuan yang sulit dimengerti karena penjagaan dirinya yang bagitu rapi, hingga tak ada celah buat orang lain mengetahuinya", kata Ayahnya.

"Apa seperti Ibu?", canda puterinya.

"Iya kayak ibumu, susah banget dimengerti dulu ketika Ayah mendekatinya, haha. Kamu juga susah dimengerti kayaknya sama laki-laki diluar sana, mirip ibumu", jawab ayahnya.

"Hahaha kan yang bisa ngerti aku cuma Ayah", puterinya memeluk Ayahnya dari samping.

Rumah, 26 Januari 2015 | (c)kurniawangunadi

dikutip dari http://kurniawangunadi.tumblr.com/tagged/cerpen

Dia yang Namanya Tidak Disebut



di sini ada sejuta keheningan tempat Sang Maha Pencipta memberi ruang untuk kita. Ada sebuah dialektika dalam setiap prosa kita mengadu nasib pada Sang Kuasa. Melangkahkan kaki, mantap pada sebuah hidup seolah tanpa ujung saja, namun rindu pesona antuisme yang mampu -kapan saja membuncah. Menjadi saksi keliaran mimpi kita yang agresif. Penuh tantangan! Eksentris! Penuh sensai dan emosional!

Adapun,

akan ada suatu masa dimana mimpimu samar-samar meredup. di sana, kau akan sadari betapa berharganya dirimu dan segala semangatmu kala itu. di sana, akan kau tanggalkan berjuta doa bagi dirimu untuk mampu bangkit kembali. Kau sudah lemah. sudah tua. tak berdaya.

Adapun,

ini dunia maya, bukan realita. dia datang, membawa sepaket kebahagiaan. dialah yang akan menarikmu dari kegelapan. mengulurkan tangan kala kau sedih. dia yang mengingatkanmu bahwa betapa berartinya dirimu. Dia itu, saya tidak tahu.

rasanya, embun pagi begitu sejuk. bukan begitu, kawan?

6 Jan 2015

Islam