29 Jan 2014

how's the "exact" meaning of time?

"How IS the exact meaning of TIME, based on "my" own perspective?"
note : 23rd August 2013

This question above begin my elaboration and contemplation in order on making this essay as the one who's having a place in social society (thats actually makes the writer seems choosing the wrong major -not to be the anthropologist one). It seeks to highlight the exact meaning of time based on others argument, then compare it to writer's own perspective. Consist of the case in everyday life of thinking from the simple-minded person. While it is interesting to be as an observer of life, as we are, the social human that unconsciously holding a role (whether its important or not) as a social-human person.


27 Jan 2014

menjadi *manusia* part 3


Tanpa sadar, dalam 3 hari ini saya keranjingan menulis blog, rupanya. Sebuah intuisi yang jarang saya bangun *barangkali, kebetulan saja karena di rumah ada akses internet, jadi terbayar sudah puasa hampir2 satu semester, nge-net, melsayakan hal2 tidak berguna seperti stalkerin orang, dimana belakangan ini, saya pikir hal tersebut penting sebagai dalih untuk standar kaderisasi.

Kemudian, saya mencoba melanjutkan sebuah kisah yang mana, penting bagi saya untuk menuangkannya. Sambil membayangkan ini menjadi sebuah memori indah yang akan terkenang, dalam torehan senyum dari wajah saya nanti *futuristik mode on.

bismillahirrahmanirrahim,...

menjadi *manusia* part 2

bismillahirrahmanirrahim

"absurd"

Barang kali, itu kali pertama saya mengawali sebuah perenungan di tengah goresan malam dari lazuardi bertabur gemerlap rasi orion, kalau2 keberuntungan saya di tengah langit perkotaan bisa melihat messier 1. *kita cukupkan pembicaraan astronomi. Di sini kita tidak ingin membuka forum diskusi.

Saya ingat di satu malam, periode awalku memasuki sistem baru, teman saya menceritakan keluh-kesahnya pada saya. Kemudian, saya menjawab *selayaknya orang bijak yang dimintai nasehat*, untuk, "tidak menjustifikasi orang dari kali pertama kau melihat, atau bahkan dalam kali kesekiannya. Karena seberapapun kau mengenalnya, akan banyak hal menakjubkan yang mampu kau temui dari sisi lain seorang insan. Selayaknya kita memposisikannya sebagai objek dengan identitas beragam dan variatif, dan kita sedang memandang tinggi untuk nilai keunikan tiap individu tersebut,"
...bahasa sederhananya sih, kita gak bisa langsung berargumen, "gue gak suka dia... dia orangnya begini," dan sebagainya. Karena barang kali, yang kita lihat hanya refleksi permukaan dari bagaimana 'ekspektasi' dia untuk kita menganggap dia seperti apa? Jika dia berharap kita memandangnya sebagai orang bijak & kita memang betul kemudian berpikir dia orang bijak (nyatanya tidak sepenuhnya), artinya ia sukses membangun model karakter hingga paradigma kita seperti demikian adanya.

er,.. bagaimana? apa penjelasanku cukup jelas?


Kemudian, saya gemar memposisikan diri sebagai seorang observer of life, sebagaimana aku sering berujar pada teman sekamar saya yang senang saya ajak untuk berdiskusi. Bahwa manusia itu variatif. Masing-masing dari mereka unik.

dan poin pokok ke arah mana saya ingin bercerita adalah, bagaimana sistem -yang mana saya mengawali dari semester 3 kemarin, adalah sebuah tempat dimana (bagi saya pribadi) adalah murni didominasi orang2 yang saya memandang banyak pelajaran dari mereka. dan dalam memaknai betapa fitrinya perbedaan -meski sering kali saya merasa diri sebagai sosok minoritas yang tidak terdiskriminasi.


Saya baru mengawali cerita di sini, kawan.

26 Jan 2014

menjadi *manusia* part 1

Saya mencoba mengawali pembahasan ini sambil mengingat celetukan dari seorang senior saya di bawah atap yang sama *yang tak saya sebutkan namanya. Seorang yang membuat saya kemudian terbangkit motivasi untuk menulis hingga kemudian mengawali intuisi menggores blog ini dengan warna dan dinamika hidup baru.

SEsungguhnya, aku ingin mendahulukan 3 posting di evernote saya. KEtimpangan saat berpikir, blog terlalu "publik" sedangkan yang dibutuhkan seorang insan dengan pasang surut semangat dengan segala perenungannya adalah utsuwa yang mampu mengampu segala gagasan yang agaknya terdengar konyol untuk bisa dikritik di publik. Sehingga, alternatifnya ya dengan evernote. Paling tidak, sekonyong-konyongnya saya paham siapa saja yang pantas melihat laman saya dan menerima berbagai perspektif pribadi. forgive me if however i say a rude thing which i did it uncounscioiusly,

Pertama, adalah aku sudah beranjak menuju semester 3.

Kedua, fakta bahwa selama satu semester yang lalu, aku mulai masuk dalam sistem baru, dimana tak pernah terbayangkan sebelumnya untukku.

Ketiga, dan fakta serta lingkungan tersebut membawaku sedemikian rupa sehingga membuatku merasa lebih bersikap seperti ..."manusia"

Mengapa demikian? Izinkan saya mengisahkan segaris perspektif manusia kerdil ini, yang dapatlalh saya katakan tak akan cukup untuk dibahas dalam satu part. Dan di malam yang larut ini, sekitar pukul 22:42WIB dalam perenungan malam oleh manusia berotak dangkal ini, saya mengizinkan diri saya melakukan hal yang lebih bermanfaat selain daripada mengawali sebuah tulisan dengan kontemplasi rendah.

Setidaknya, saya beri satu petunjuk untuk mengawali pembicaraan ke depan :

"Darush Shalihat"

Regards,

Islam