14 Des 2015

PASCA amanah

Seorang mahasiswa berprestasi yang saya kenal, pernah berkata, “setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya.” Hal itu kemudian yang melandasi saya pribadi dalam setahun berkontribusi di LSiS untuk bekerja optimal dan tidak mengkomparasikan zaman dimana baik satu dan lainnya memimpin.


Ibarat pohon teduh, LSiS sudah seperti keluarga. Tempat dimana kehangatan bisa didapatkan dalam ruang sakral yang disebut “sekre”. Saat prestasi dipandang sebagai sebuah kontribusi. Dan norma menjadi bagian dari kultur kekeluargaan. Tiga setengah tahun saya berkontribusi di LSiS, melihat begitu banyak wajah silih berganti. Yang lama menggantikan yang baru. Yang tua tergantikan yang muda.

Tepatnya tanggal 12 sd 13 Desember 2015 bertempat di ruang M2.09, saya melihat begitu banyak cerita di sana. Adalah hari dimana kami, Pengurus Harian LSiS 2015 membacakan laporan pertanggungjawaban kami selama setahun kepengurusan. Tanpa sadar, setelah ini, segala cerita ini akan usai.

Ada satu hal yang saya pelajari. Seiring dengan kepengurusan kami bergulir, pasca itulah kita akan memasuki fase kontribusi yang sesungguhnya. Fase profesionalitas yang sesungguhnya. dan fase pencarian kompetensi yang sesungguhnya.

Fase kontribusi di LSiS selama ini hanyalah sedikit dari replika pembelajaran KPK yang bisa kita dapati. Saya belajar dari pengurus harian di tahun sebelumnya. Saat inspirasi bisa didapat dari rekan seperjuangan yang bisa saling menguatkan karena sebuah amanah ini. Namun, pasca amanah ini, yang belum ada persiapan untuk menghadapinya, akan begitu saja kehilangan arah dan tujuan. Yang sebelumnya punya kesibukan menyapa staff, menyusun proker, menjalin relasi dengan kawan, mendadak semuanya terhenti. Tidak ada lagi kesibukan. Tidak ada lagi aktivitas yang menuntut deadline. Saat itulah kita berdiri sendiri. Benar-benar merasa sendiri dan terserah bagaimana kita membawa cerita hidup kita kemudian.

Yang mengaku ingin fokus kuliah, mendadak dituntut untuk mulai membuat agenda, Bagaimana kuliah kalian menjadi produktif. Yang mengaku ingin berbakti dengan orang tua, harus segera membuat rencana bagaimana dengan banyaknya waktu luang yang telah dimiliki, bisa berbakti pada orang tua secara optimal. Yang mengaku ingin sibuk merajut mimpi, silahkan untuk memanfaatkan kekosongan waktu untuk merajut mimpi dan menagih realisasi akan semua itu. Tidak ada lagi orang yang akan mendesak deadline. Tidak ada lagi BEM atau dekanat yang menagih realisasi mimpi atau kesuksesan program. Semua benar-benar terserah kita.

Dan saat itulah kita dituntut untuk mencari kompetensi masing-masing.

LSiS telah memberi masing-masing dari kita pembelajaran berharga dari interaksi kultural. Bahwa penting untuk menjalin komunikasi antar rekan kerja untuk memperkuat jaringan. Bahwa penting  membangun kemandirian finansial untuk bisa menyokong kebutuhan pribadi dalam merealisasikan mimpi. Bahwa penting memiliki kemampuan mengayomi dan peduli sesama, jika ingin dihargai orang lain. Bahwa penting untuk berfokus pada akademis dan kemampuan bahasa, karena itulah yang akan menjadi modal kita berekspansi lebih luas ke tingkat berikutnya.

Kini kita memasuki tahap kontribusi sesungguhnya. Saat ilmu yang kita punya dituntut untuk bisa diaplikasikan dalam setiap mimpi kita. Teman teman harus bersiap menjalani hidup normal bagi mereka yang memilih di jalan itu. Adapula yang memilih untuk berekspansi mencari pengalaman baru, selamat berkontribusi. Kita akan melihat masing-masing dari kita berjalan pada tujuannya masing-masing.. Namun, tetap ingatlah satu hal. Bahwa dulu kita pernah berada di kereta yang sama. yang mengantarkan kita memiliki satu pemikiran dan paradigma yang sama. LSiS. Di fase inilah saya semakin memahami makna KPK sesungguhnya.

Semoga waktu kita semakin produktif. Semoga kita tetap berkarya dalam prestasi.

Islam