pendidikan interdisipliner
Dunia dengan jelas mengetahui bagaimana semsta
berkembang akibat dari peran berkesinambungan antara -sains dan teknologi.
Sebagaimana relasi antara teoritik yang dipadukan dengan sebuah ilmu praktis
dalam pengaplikasiannya. Hal sebaliknya pula terjadi dalam pemahaman aplikasi
dengan pemaknaan konsep ilmu tersebut.
Sejalan dengan itu pula, merupakan sebuah
apresiasi luar biasa bagi intelegensi manusia yang mampu merangkul kedua
gagasan tersebut sehingga dapat mem-progress
alam semesta dalam wujud sedemikian adanya kini.
Siapa yang mempedulikan pengamatan spectrum
matahari, hingga terpikir kemudian dalam menciptakan gadget portable layar touch
screen dalam kurun waktu kemudian? Atau pengataman perilaku benda langit
dalam memahami lintasan temput terdekat bagi pesawat terbang mengarungi antar
benua. JIka bukan karena saintis yang mampu mengelaborasi seluruh data dan
gagasan yang ada, kemudian menciptakan sebuah konklusi yang berfaedah bagi
khalayak umum?
Seorang saintis ada, bukan akrena tuntutan
mengerjakan soal-jawab. Permasalahan yang diajukan dalam selembar ujian
tertulis, tidak dibuat untuk diselesaikan demi menuntaskan standar SKS dan
lulus dengan predikat cum laude.
‘soal’, ada sebagai representasi dari permasalahan kecil mengenai prola
perilaku alam semesta, yang notabennya bersifat general. Sehingga, adalah
sebuah kenisbian untuk setiap individu, -bahkan bukan hanya saintis –dalam
memahami konsep interdisipliner.
Pendidikan interdisipliner merupakan pendidikan
holistic yang dapat –merangkul sekumpulan ranah pendidikan yang berbeda, dalam
sebuah topik diskusi menarik dan mengkaryakan dalam kondisi kontemporer.
Penulis mengamati dalam prosesnya, pendidikan ini tidak didapat dari sebuah
standar kurikulum semata –yang bagaimanapun jika dipaksa terbentuk dalam sebuah
system, agaknya cukup mencenangkan. Melainkan dari sebuah forum diskusi dari
sekelompok cendekiawan dengan ranah mereka masing-masing. Dalam perspektif
berbeda, serta pengetahuan dan karakter (keunikan) mereka masing0masing. Jauh
berkualitasjika forum tersebut terdiri dari kamu intelektual dalam bidangnya,
dalam hal ini adalah : mahasiswa.
Forum inilah yang selayaknya dituntut sebagai
promoter pengasah pemikiran kritis mahasiswa. Sehingga ranah eksakta tidak
hanya mencetak mesin penjawab rumus semata, namun pemikir ulung dalam
kontribusinya pada masyarakat, lebih-lebih bertanggung jawab akan ilmu yang
diembannya dan totalitas dalam pengabdiannya.