6 Jun 2013

satu mimpi.

Baik.
Mari kita awali elaborasi ini dengan satu kata. Saya harap tetap konsisten hingga di akhir kisah : "saya sepenuhnya baik-baik saja,"


Anggaplah, saya punya sebuah kisah untuk diceritakan. Tentang seorang pribadi pemimpi, yang orang-orang yakini dia memiliki visi yang -bisa saja ditertawakan oleh kaum realistis, maupun dipuja oleh golongan idealis.

"Visioner", begitulah karakternya. Mari kita sebut pribadi ini sebagai si "A". Individu yang mau membangun kisahnya dari kaki hingga ubun, menata sedemikan rupa tujuannya, dan merajut makna penting dari karakter sebagai refleksi sikap.

Gila visi? Bisa dikatakan iya. Jika harus dituntut pada proses perealisasian tujuan, ia amat giat berkreasi. Namun, saat ia menggabungkan proses itu, kini harus ditantang untuk memilih di antaranya. Ya, antara menuntut konsistensi yang pasti, atau mengabaikan duniawi sambil menikmati hasil dari pelihnya berinovasi?

Maka, boleh kusebut makna 'dewasa' adalah orang yang bisa berpikiran bijak. Waras dalam mengambil keputusan rasional antara intuisi sesaat dengan kondisi kali ini. Sudutkanlah A dalam kondisi seburuk apapun! Tantang dia, mari kita lihat keputusan dia selanjutnya.

Sambil merengut, saya yakinkan diri saya sambil berkata, "hidupmu masih panjang untuk merajut kembali bagian dari mimpimu,"
Kali ini, pikiran waras memang harus bertindak.Mengulum senyum, sontak kujawab, "terima kasih" dan berlalu pergi.

Islam