4 Jul 2014

Dorman




Saya sedang dorman.Dipaksa menjadi manusia yang tidak produktif.

Tanpa sadar, ada beberapa kenangan masa kecil saat saya punya berjuta waktu nganggur untuk bermain dengan tokoh khayalan, atau alat-alat rumah tangga. Sayangnya, waktu itu umur saya 4 tahun. Keluarga saya belum punya laptop. Komputer pun juga belum. Motor hanya ada satu, vespa biru tua kebanggaan ayahku sang guru teladan.

Saya sedang dorman. Dipaksa menjadi manusia konsumtif.

Namun saya tidak suka diam terbujur kaku. Kalau memang tidak bisa melakukan apa-apa, tegarkan suaramu supaya orang lain tidak merasa bersalah saat meninggalkanmu. Tersenyum saja dan bersikap baik.

Saya sedang dorman. Namun saya punya serangkaian agenda.

Ini hanya masalah permainan waktu kecil. Memainkan sakelar lampu sambil berusaha menyeimbangkan antara tombol nyala dan hidup. Ada dua lagi seharusnya yang menjadi sahabat setiaku. Kulkas dan pintu kamar. Saya akan bersuka cita untuk membuka-tutup pintu kulkas hanya untuk melihat lampu kulkasnya perlahan mati dan nyala. Atau memainkan knop pintu hanya untuk melihat knopnya masuk dan keluar secara perlahan. Tapi sayang, kulkas di sini tidak ada lampunya dan kamar saya tidak ada knopnya. Sakelar menjadi tempat favorit saya sekarang. Dan laptop saya yang semoga terjaga kebermanfaatannya.

Masa kecil saya itu bisa mendapatkan kebahagiaan secara sederhana, ya. Nggak muluk-muluk minta dibelikan gadget. Boros. Mahal. Dan menyiksa mata.


Saya sedang dorman. Namun saya masih punya kawan sejati, sakelar lampu yang setia menemaniku. Dan al-Qur’an yang semoga saya bisa konsisten mengirimkan paket-paket pahala kepada yang tercinta J


Islam