Dorman
Saya sedang dorman.Dipaksa
menjadi manusia yang tidak produktif.
Tanpa sadar, ada beberapa
kenangan masa kecil saat saya punya berjuta waktu nganggur untuk bermain
dengan tokoh khayalan, atau alat-alat rumah tangga. Sayangnya, waktu itu umur
saya 4 tahun. Keluarga saya belum punya laptop. Komputer pun juga belum. Motor
hanya ada satu, vespa biru tua kebanggaan ayahku sang guru teladan.
Saya sedang dorman. Dipaksa
menjadi manusia konsumtif.
Namun saya tidak suka diam
terbujur kaku. Kalau memang tidak bisa melakukan apa-apa, tegarkan suaramu
supaya orang lain tidak merasa bersalah saat meninggalkanmu. Tersenyum saja dan
bersikap baik.
Saya sedang dorman. Namun saya
punya serangkaian agenda.
Ini hanya masalah permainan waktu
kecil. Memainkan sakelar lampu sambil berusaha menyeimbangkan antara tombol
nyala dan hidup. Ada dua lagi seharusnya yang menjadi sahabat setiaku. Kulkas
dan pintu kamar. Saya akan bersuka cita untuk membuka-tutup pintu kulkas hanya
untuk melihat lampu kulkasnya perlahan mati dan nyala. Atau memainkan knop
pintu hanya untuk melihat knopnya masuk dan keluar secara perlahan. Tapi
sayang, kulkas di sini tidak ada lampunya dan kamar saya tidak ada knopnya.
Sakelar menjadi tempat favorit saya sekarang. Dan laptop saya yang semoga
terjaga kebermanfaatannya.
Masa kecil saya itu bisa
mendapatkan kebahagiaan secara sederhana, ya. Nggak muluk-muluk minta
dibelikan gadget. Boros. Mahal. Dan menyiksa mata.
Saya sedang dorman. Namun saya
masih punya kawan sejati, sakelar lampu yang setia menemaniku. Dan al-Qur’an
yang semoga saya bisa konsisten mengirimkan paket-paket pahala kepada yang
tercinta J.