26 Jan 2014

menjadi *manusia* part 1

Saya mencoba mengawali pembahasan ini sambil mengingat celetukan dari seorang senior saya di bawah atap yang sama *yang tak saya sebutkan namanya. Seorang yang membuat saya kemudian terbangkit motivasi untuk menulis hingga kemudian mengawali intuisi menggores blog ini dengan warna dan dinamika hidup baru.

SEsungguhnya, aku ingin mendahulukan 3 posting di evernote saya. KEtimpangan saat berpikir, blog terlalu "publik" sedangkan yang dibutuhkan seorang insan dengan pasang surut semangat dengan segala perenungannya adalah utsuwa yang mampu mengampu segala gagasan yang agaknya terdengar konyol untuk bisa dikritik di publik. Sehingga, alternatifnya ya dengan evernote. Paling tidak, sekonyong-konyongnya saya paham siapa saja yang pantas melihat laman saya dan menerima berbagai perspektif pribadi. forgive me if however i say a rude thing which i did it uncounscioiusly,

Pertama, adalah aku sudah beranjak menuju semester 3.

Kedua, fakta bahwa selama satu semester yang lalu, aku mulai masuk dalam sistem baru, dimana tak pernah terbayangkan sebelumnya untukku.

Ketiga, dan fakta serta lingkungan tersebut membawaku sedemikian rupa sehingga membuatku merasa lebih bersikap seperti ..."manusia"

Mengapa demikian? Izinkan saya mengisahkan segaris perspektif manusia kerdil ini, yang dapatlalh saya katakan tak akan cukup untuk dibahas dalam satu part. Dan di malam yang larut ini, sekitar pukul 22:42WIB dalam perenungan malam oleh manusia berotak dangkal ini, saya mengizinkan diri saya melakukan hal yang lebih bermanfaat selain daripada mengawali sebuah tulisan dengan kontemplasi rendah.

Setidaknya, saya beri satu petunjuk untuk mengawali pembicaraan ke depan :

"Darush Shalihat"

Regards,

Islam