Bagaimana Memeriksa Kebenaran Sebuah Berita
Perhatikan contoh tayangan ini [Kasus
lumpur Lapindo. Ada yang memberikan opini lumpur sebagai ladang penghasilan
rezeki, ada yang menyampaikan belum adanya uang pengganti dari pihak perusahaan
kepada masyarakat yang dirugikan].
Sebuah peristiwa yang sama, tetapi mengapa fakta dan kesimpulannya berbeda? Jika Anda bingung, Anda tidak sendirian. Jika sudah ada dua versi seperti ini, bagaimana bisa mempercayainya? Berikut adalah beberapa tips.
Sebuah peristiwa yang sama, tetapi mengapa fakta dan kesimpulannya berbeda? Jika Anda bingung, Anda tidak sendirian. Jika sudah ada dua versi seperti ini, bagaimana bisa mempercayainya? Berikut adalah beberapa tips.
Kenali reputasi media. Cara yang
paling sederhana adalah apakah media itu memberitakan sesuatu yang anda
saksikan sendiri, tetapi berita yang muncul tidak akurat? Misalnya pernah
melihat kecelakaan, kebakaran, bencana alam. Anda ada di lokasi atau ikut
mengalami? Tetapi media tersebut cenderung melebih-lebihkan atau memilih milih
gambar dan hanya menayangkan yang bombastis saja. Atau Anda pernah berdebat
dengan pedagang di pasar karena harga sembako? Media mengatakan bahwa harga
cabai sudah turun 20.000/kg. Padahal faktanya masih 40.000/kg. Kita lantas
ngotot bahwa harga seharusnya 20.000/kg seperti berita di televisi. Lalu
pedagang berujar, "kalau lebih murah, kenapa tidak beli cabai di stasiun
televisi saja?"
Itu contoh bagaimana ketepatan
informasi atau akurasi, dan reputasi media. Bila media punya kecenderungan
sering tidak akurat, berarti sistem kerja di ruang redaksinya tidak rapih. Wartawannya
tidak dididik dengan benar, dan atasannya tidak menerapkan sistem check
dan re-check informasi. Ada juga informasi yang sengaja ditutup-tutupi
untuk menyenangkan golongan tertentu. Dari mulai pemiliknya, sampai pemasang
iklan. Ruang redaksi media yang melakukan hal tersebut berarti tidak menjunjung
tinggi fakta. Kalau hal ini sering terulang, berarti reputasi dan kredibilitas
media ini juga rendah. Sehingga dalam berita lain, anda patut meragukan
informasi yang disajikan.
Tips kedua, sumber informasi.
Setiap media membutuhkan sumber informasi atau narasumber. Sebab, wartawan tidak
boleh beropini sesuka hati. Bila dua stasiun televisi sama-sama memberitakan
harga daging, maka yang perlu kita lakukan adalah melihat darimana sumber
ifnormasinya. Bila TV A mengutip menteri pertanian atau perdagangan, dan TV B mengutip penjual daging di pasar induk.
Manakah sumber informasi yang lebih kita percaya? Tentu bagi konsumen seperti
kita, TV B yang mengutip penjual daging di pasar induk, lebih mendekati
kenyataan harga di lapangan, daripada TV A yang mengutip menteri yang berada di
kantornya. Itulah contoh sumber berita. Jangan lihat dari jabatan atau pangkat
narasumber, tapi lihatlah dari nilai kredibel dan akuratnya.
Selanjutnya, apakah sumber
informasi itu selama ini layak dipercaya? Bila narasumber itu kerap berbohong
dan sesuai pesanan, tentu dia bukan jenis sumber informasi yang layak
dipercaya. Dan yang terakhir, apakah informasi itu jelas sumbernya? Media yang
tidak menyebutkan sumber informasi yang tidak jelas, patut diragukan kuatlitas
informasinya.
Ciri-ciri media yang mengutip
sumber informasi tidak jelas, biasanya diawali dengan kata kata, ‘menurut
sumber yang layak dipercaya’, ‘menurut informasi dari orang dekat’ atau kata
kata yang tersembunyi seperti ‘masalha ini dipersoalkan berbagai kalangan’ atau
‘masalah ini telah menjadi pembicaraan’, atau ‘menurut desas-desus yang
berkembang’ tanpa pernah menyebutkan darimana sumber persolaan atau desas desus
itu. Sebab tak jarang, medialah yang menyulut desas desus itu.
Sekarang bayangkna jika
desas-desus itu dibawa ke berita politik. Ini membawa kita pada tips ketiga yakni
: mengenali pemilik media.
1. Elang Mahakota Teknologi (EMTEK) group.
Pemilik : Eddy Kusnadi
Sariatmadja
TV Nasional : SCTV, Indosiar
TV Lain :
Elshinta TV, TV channel, Nexmedia
2. Media Nusantara Citra (MNC) Group
Pemilik : Hary
Tanoesoebidjo
TV Nasional : MNCTV, GlobalTV, RCTI
Media Online : Seputar Indonesia, Okezone.coom, Sinemart
Indonesia, Indonesia Air, Indovision, WeChat.
3. Bakrie & Brothers (Visi Media Asia)
Pemilik :
Anindya Bakrie
TV Nasional : ANTV, TVOne
Media Online : VivaNews
Bisnis Lain : Esia, Bakrieland
4. Media Group
Pemilik : Surya Paloh
TV Nasional : MetroTV
Media Cetak : BorneoNews, Media Indonesia, Lampung Post
Bisnis Lain : Indocater, The Papandayan
5. Trans Corpora (Para Group)
Pemilik : Chairul
Tanjung
TV Nasional : TransTV, Trans7
Media Online : detik.com, basin robbins, the Coffee
Beans, Metro, Carrefour
Dalam sebuah berita, tak jarang
pemilik media ikut campur agar wartawannya membuat berita sesuai keinginan dan pesanan.
Maka kenali apakah media itu dimiliki politisi atau pemilik partai tertentu. Selanjutnya,
kenali juga apakah pemilik media juga pemilik perusahaan tertentu yang sedang
diberitakan. Misalnya, pemilik Media A juga Pemilik usaha tambang atau
kehutanan. Maka setiap informasi yang dibuat oleh media tersebut tentang
lingkungan hidup, perlu dicermati secara bijak. Informasi tentang jenis-jenis
usaha media tersebut, mudah dicari melalui internet, dari situs-situs
perusahaan itu sendiri, dengan ciri-ciri, nama perusahaan yang sama, atau nama
pemilik yang sama. Misalnya, sama sama menggunakan nama trans. Sama sama ada
kata MNC, atau sama sama mengandung kata bakrie.
Tips keempat, keberimbangan.
Tugas wartawan atau media adalah menyajikan beragam infomrasi yang ada, agar
kita mendapatkan informasi dalam berbagai versi. Dalam jurnalistik, ini disebut
prinsip keberimbangan, atau cover both side.
Contoh yang mudah, bila media A
menuding si B dituduh mencuri, maka selain perlu menyajikan bukti bukti yang
kuat dengan sumber informasi yang jelas, juga perlu memuat versi dari pihak B.
Baik dari si B sendiri, kolega, atau pengacara. Tanpa itu, berita tersebut
hanya satu versi, dan nilai kebenarannya belum teruji.
Kini, selamat membaca atau
menonton berita dengan kacamata yang lebih jernih.
Tayangan TV merugikan Anda? Adukan
ke :
Komisi Penyiaran Indonesia
Call Centre (021) 634062626
SMS pengaduan 0812 130 70000
www.kpi.go.id
*video diunggah dari RemoTivi.