11 Jun 2014

Keberkahan itu Dimana?


Saya sering dianggap skeptis. Senantiasa mengkritisi sistem yang ada. sampai pada titik dimana berpikir lebih baik diam, dan mengamati bagaimana semesta di sekeliling kami beraksi dalam dalam porosnya masing-masing. Dan saya pikir, inilah puncak dimana kita mempelajari ihwal murni soal pelajaran kehidupan, tempat kita berkaca soal sikap yang benar dan salah. Adil dan zalim. Kanan dan kiri. Dan segala konotasi yang sering kali didikotomikan, seolah menunjukkan tidak adanya relasi ekivalen antara kedua oposisi.

Sistem. Sederhananya, itu yang saya kritik. Lambat laun, saya mencoba mengeneralisasi pada dua akar permasalahan. Apakah sistem yang secara perlahan namun berkesinambungan memberikan doktrin pada kita soal ‘kanan’ dan ‘kiri’, atau ‘benar’ dan ‘salah’? atau memang kami adalah anomaly yang terlalu meributkan hal yang sepele? Saya pikir tidak. karena itulah manusia memiliki prinsip dalam hidupnya yang berkembang menjadi sebuah jati diri.

Adalah mencari sebuah keberkahan.

Bagi saya pribadi, mencari sebuah keberkahan dari setiap kegiatan yang kita lakukan adalah hal substansial yang ironisnya, sering kali terabaikan. Atau merupakan sebuah beban moral yang sering kali dianggap enteng.

Ada hal yang rasional dan tidak, menurut perspektif saya. Contohnya saja begini,

Terdapat dua aktor di sini. Sebut saja A dan B. Si A meminjam modem B. Maka A harus menjamin kebermanfaatan modem akan terjaga selama dipegang olehnya. Akadnya harus jelas, mengapa meminjam modem. “saya ingin download materi kualiah di fb. upload surat. Posting notulensi.” Jika si A menyepakati serangkaian agenda yang akan dilakukan B dengan modemnya, maka dapat kita katakan sang keberkahan telah terjamin. Pun tidak dinyatakan, sebuah rasionalitas manusia hendaknya mampu mengkomparasikan secara wajar hal baik dan buruk. Lalu membuat konklusi sendiri bahwa, ‘saya meminjam modem ini, adalah sebuah kemurahan hati dari A. Karenanya, balas jasa saya adalah memanfaatkannya untuk tujuan2 yang baik.’
Sederhana. Dan saya pikir sangatlah rasional. Ironisya, hal ini sering kali terabaikan.

Saat orang tua kita mengamanahi motor atau laptop bagi seorang mahasiswa demi kelancaran proses kuliahnya, sudahkah setiap rute yang kita lalui, atau setiap tuts keyboard yang kita tekan, mampu mengantarkan paket-paket pahala bagi orang tua?

Islam