Keberkahan itu Dimana?
Saya sering dianggap skeptis. Senantiasa mengkritisi sistem yang ada. sampai pada titik dimana berpikir lebih baik diam, dan mengamati
bagaimana semesta di sekeliling kami beraksi dalam dalam porosnya
masing-masing. Dan saya pikir, inilah puncak dimana kita mempelajari ihwal
murni soal pelajaran kehidupan, tempat kita berkaca soal sikap yang benar dan
salah. Adil dan zalim. Kanan dan kiri. Dan segala konotasi yang sering kali
didikotomikan, seolah menunjukkan tidak adanya relasi ekivalen antara kedua
oposisi.
Sistem. Sederhananya, itu yang saya kritik. Lambat laun,
saya mencoba mengeneralisasi pada dua akar permasalahan. Apakah sistem yang
secara perlahan namun berkesinambungan memberikan doktrin pada kita soal
‘kanan’ dan ‘kiri’, atau ‘benar’ dan ‘salah’? atau memang kami adalah anomaly
yang terlalu meributkan hal yang sepele? Saya pikir tidak. karena itulah
manusia memiliki prinsip dalam hidupnya yang berkembang menjadi sebuah jati
diri.
Adalah mencari sebuah keberkahan.
Bagi saya pribadi, mencari sebuah keberkahan dari setiap
kegiatan yang kita lakukan adalah hal substansial yang ironisnya, sering kali
terabaikan. Atau merupakan sebuah beban moral yang sering kali dianggap enteng.
Ada hal yang rasional dan tidak, menurut perspektif saya.
Contohnya saja begini,
Terdapat dua aktor di sini. Sebut saja A dan B. Si A
meminjam modem B. Maka A harus menjamin kebermanfaatan modem akan terjaga
selama dipegang olehnya. Akadnya harus jelas, mengapa meminjam modem. “saya
ingin download materi kualiah di fb. upload surat. Posting notulensi.” Jika si
A menyepakati serangkaian agenda yang akan dilakukan B dengan modemnya, maka
dapat kita katakan sang keberkahan telah terjamin. Pun tidak dinyatakan, sebuah
rasionalitas manusia hendaknya mampu mengkomparasikan secara wajar hal baik dan
buruk. Lalu membuat konklusi sendiri bahwa, ‘saya meminjam modem ini, adalah
sebuah kemurahan hati dari A. Karenanya, balas jasa saya adalah memanfaatkannya
untuk tujuan2 yang baik.’
Sederhana. Dan saya pikir sangatlah rasional. Ironisya, hal
ini sering kali terabaikan.
Saat orang tua kita mengamanahi motor atau laptop bagi
seorang mahasiswa demi kelancaran proses kuliahnya, sudahkah setiap rute yang
kita lalui, atau setiap tuts keyboard yang kita tekan, mampu mengantarkan
paket-paket pahala bagi orang tua?